Minggu, 07 September 2014

Honda CB 100, Balada Pemodif Cekak...

 


   Sahabat Modifikator – Chopper sejati! Rake komstir memanfaatkan rumah as pedal BMX. Pijakan kaki di depan mesin, juga bekas pedal BMX. Filter udara custom yang gagah di depan karburator, rongsokkan kaca spion mobil. Sasis dan bodi, dicat pakai kuas. Merek catnya pun untuk pengecantan pagar rumah kelas menengah ke bawah.
Bisa ditebak, chopper berbahan Honda CB 100 keluaran 73 itu,  kumuh, dekil, urakan, dan salju alias asal maju. Kesan itu yang membuat karakternya muncul. “Kepuasan tidak selalu dengan cat mulus, las-lasan rapi, dan variasi mahal. Saya ikuti keinginan bikin chopper,” papar Muhamad Rinudin, pemilik sekaligus builder CB100. Motor ini jadi ‘kaki’ sehari-hari Rinudin yang tinggal di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Mantap kali si bro ini...
Uang tidak bisa beli nyali. Ya, nyali tampil seadanya, nyali muke lu jauh, nyali dicaci di tengah lalu lintas lantaran mogok. Yang penting sang builder bebas dari inspirasi modifikasi menyala-nyala. Tidak peduli tongpes alias kantong kompes. Yang begitu disebut biker, gak ada ‘s’. Bisa kering, pak! Kering dompet...

Rinudin biasa dipanggil Colay, memiliki arti modifikasi sesungguhnya. Tapi dia tidak didukung dana. Kalau mau jujur, dia boleh setara Topo, Bingky, dan Ferro. Trio pemodif papan atas Jakarta. Nasib saja yang beda, paham sama. Misal penggunaan rangka dari pipa seamles.Beli pipa ini harus nabung, itu pun tidak sekaligus,” turur Colay yang berkisah soal pemodif cekak.
Colay hanya pengusaha rongsokkan motor. Untuk rol pipa sesuai lengkungan chopper, dia andalkan teman di klub CB Standarddi Tanah Baru, Depok. Teman klub, bukan teman terkam teman, pengerjaan dik

erjakan tanpa negosiasi harga.“Harus hati-hati,bahannya mahal,khawatir Colay soal kegagalan merol, lantaran tabungan sudah terkuras. Untung pria berumur 30 tahun itu belum punya anak dan istri. Kalau tidak, istri yang cerewet duluan, coy.
CB100 ini untuk jadi Honda Davidson, walah! Benar-benar chop, potong sana-sini tanpa suspensi. Ayunan mengandalkan lenturan pipa. Fork depan tanpa sokbreker, hanya springer yang jadi ciri chopper. Ayunan dibantu sumbu roda lebar. Sumbu ini dibantu fork menuju dudukan roda yang melengkung. Cara itu bikin trail lebih panjang. Jadinya, seperti board track, balap motor era 30-an.
No honey  no money, tapi soal garapannya penuh dengan nilai filosofi. Back-bone melengkung macam tulang punggung manusia yang menunduk. Artinya, kita harus menghormati siapa pun. Yeah, untung gak sekalian pakai blankon.
Center-bone melengkung ke arah mesin, seolah jadi pagar mesin. Filosofinya, manusiasenantiasa menjaga hati. Lalu, lekukan di bawahnya yang terhubung pada dudukan mesin justru mengarah ke luar. Itu diartikan, harus berusaha untuk maju. “Mirip modifikasi ini, memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitarnya,” cocor Colay.
Lihat saja, motor ini jarang dicuci, kalau pun kena air, paling banter air ujan. No fear, dong. Iya, takut air? “Kemaren kehujanan waktu  turing ke gunung Bunder, Bogor. Dapet oleh-oleh nih,” kata Colay sambil menunjuk sasis yang patah di bawah tangki. “Namanya juga motor dipake, bukan motor pajangan,” entengnya sembari berpikir dana untuk pengelasan.adit





DATA MODIFIKASI :
Head silinder : Honda Mega Pro
CDI : Honda GL 100
Tangki bensin : Custom
Jok : Custom
Velg depan : Venom 18 inci
Velg belakang : Champ 17 inci
Ban depan :Swallow Ranger 208 (3.00-18)
Ban belakang :IRC Road Winner (130/70-17
Fork : Custom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar